Pakar Nanotech, MUI dan Praktisi di SNST 3 FT Unwahas

Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang pada hari Rabu, 20 Juni 2012 menyelenggarakan Seminar Nasional Sains dan Teknologi 3 dengan tema “Penguasaan Teknologi Rekayasa Proses Pengolahan Pangan Guna Mendukung Pencapaian Kemandirian Bangsa”. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 3 diketuai oleh Darmanto, ST, M. Eng. Pembicara kunci pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi 3 adalah Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M. Eng, Ir. Lukmanul Hakim, M.Si dan Ir. Dian Risdiyanto, MT.IPP. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M. Eng merupakan ketua Masyarakat Nano Indonesia, sementara Ir. Muti Arintawati, M.Si adalah Wakil Direktur LPPOM MUI. Sedangkan Ir. Dian Risdiyanto, MT.IPP. adalah praktisi dari PT. Sido Muncul.

Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M. Eng. menyampaikan materi dengan judul “Rekayasa dan Inovasi Nanoteknologi dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Produk-Produk Pertanian dan Pangan”. Dalam paparannya, Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M. Eng menyampaikan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan penguasaaan teknologi rekayasa proses guna mendukung pencapaian kemandirian bangsa. Saat ini, diukur dari segi kesiapan teknologi, daya saing global Indonesia menempati peringkat ke-91. Salah satu teknologi rekayasa yang saat ini berkembang pesat adalah teknologi nano. Perkembangan isu nano dalam 5 tahun terakhir sangat pesat dan dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki “era nano”, dimana produk-produk nano membanjiri pasar nasional. Nanoteknologi merupakan teknologi rekayasa zat berskala nanometer atau sepermiliar meter. Teknologi nano tidak sebatas digunakan untuk membuat nanomaterial bagi peranti mikroelektronik, tetapi juga bagi industri lain, seperti industri pertanian dan pangan.

Pada sektor pertanian, nanoteknologi digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pengolahan makanan dan pengemasan. Karbon nanotube telah digunakan untuk mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan bibit tanaman tomat. Teknologi nano juga telah diaplikasikan dalam industri obat hewan, dimana model nanopartikel digunakan untuk membunuh virus. Aplikasi nanoteknologi pada industri pakan diantaranya adalah pemberian pakan ternak ayam yang mengandung partikel nano selenium. Pupuk berbasis nanoteknologi disebutkan dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman dengan cepat, ramah lingkungan dan menggunakan proses slow release sehingga dapat mengontrol pupuk dan menghemat biaya. Industri herbal juga telah menggunakan nanoteknologi dengan menambahkan partikel nano kedalam produk obat herbal. Produk partikel nano dari herbal antara lain partikel nano temulawak dan partikel nano kumis kucing.

Saat ini, penelitian mengenai nanoteknologi telah dilakukan oleh beberapa lembaga riset seperti LIPI, BATAN, BPPT, LAPAN, MRC, dll serta oleh universitas seperti ITB, UI, ITS, Unand dan UGM. Adapun kendala yang dihadapi dalam riset dan pengembangan teknologi nano adalah sarana dan prasarana yang masih belum menunjang dan terletak terpisah-pisah. Sumberdaya manusia juga masih relatif tidak merata dan kekurangan. Alokasi pendanaan masih relatif minim. Prioritas riset nano yang sesuai dengan kondisi Indonesia juga belum ditentukan. Sementara itu sumber daya alam melimpah dan meunggu untuk diolah dan digarap.

Penerapan nanoteknologi oleh industri di Indonesia juga mengalami kendala, yang meliputi informasi (41%), teknologi (32%), SDM (11%), finansial (5%) dan lain-lain (11%). Nanoteknologi merupakan disruptive technology dimana faktor penguasaan teknologi dan inovasi menjadi faktor penentu disamping kelimpahan bahan baku. Oleh karena itu pemerintah perlu merumuskan strategi penguasaan teknologi secepatnya untuk memanfaatkan sumber bahan baku mineral dan hayati lokal sehingga bernilai tambah tinggi.

Dalam rangka pengembangan nanoteknologi pada agroindustri nasional, maka strategi peningkatan prnguasaan teknologi nano seperti penguasaan riset dasar dan terapan, penambahan anggaran riset dan perbaikan infrastruktur serta optimalisasi SDM nanoteknologi harus diutamakan disusul dengan sosialisasi dan tata kelola kebijakan yang komprehensif sehingga diperoleh suatu strategi yang berdampak dan relistis

Pada sesi kedua, Ir. Muti Arintawati, M.Si. menyampaikan paparan dengan judul “ Analisa Rekayasa/Inovasi Produk dari Segi Kehalalan. Pada paparannya, beliau menyampaikan bahwa pada dasarnya bahan pangan, kosmetik, dan obat-obatan dapat berasal dari hewan, mikroba, tumbuhan dan lain-lain (mineral, sintetik dan campuran). Guna menentukan kehalalan suatu produk, yang harus ditentukan adalah titik kritis bahan. Bahan yang berasal dari tanaman pada dasarnya halal, tapi bila diproses dengan menggunakan aditif dan/atau bahan penolong yang tidak halal, menjadi tidak halal. Adapun mikrobia pada dasarnya halal selama tidak membahayakan. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram selama belum disucikan. Produk mikrobial yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal dan produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram selama belum disucikan. Produk mikrobial dari mikroba yang memanfaatkan unsur babisebagai media pertumbuhan adalah haram. Produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang terkena najis dan kemudian disucikan melaluiproduksi skala besar (melebihi produksi dengan komponen air sucisetara dengan 270liter) adalah halal. Adapun titik kritis bahan lain ditentukan dari sumber bahan asal, aditif dan bahan penolong prosesnya.

Pada sesi ke tiga, Ir. Dian Risdiyanto, MT.IPP. dari PT. Sido Muncul menyampaikan orasi dengan judul “ Peningkatan Daya Saing Industri Melalui Inovasi Pengolahan di Bidang Pangan”. Disampaikan oleh beliau bahwa potensi alam Indonesia sangat mendukung bagi perkembangan industri jamu. Berdasarkan data, species tanaman yang ada di Indonesia mencapai 30.000 sedangkan total species tanaman di seluruh dunia mencapai ± 40.000. Saat ini yang sudah dideteksi/dibukukan sebagai tanaman obat di Indonesia menurut Medical Herb Index (1986) baru mencapai ± 7557 species, sedangkan tanaman yang telah digunakan industri jamu (secara empiris) lebih dari 385 jenis. Langkah-langkan yang telah ditempuh oleh PT Sido Muncul dalam meningkatkan daya saing industri adalah dengan melakukan penataan sistem manajemen, mengembangkan industri berbasis tanaman obat dan mengembangkan teknologi proses.

Pengembangan industri berbasis tanaman obat meliputi pengembangan tanaman obat menjadi berbagai macam produk seperti herbal medicine, herbal food, herbal drink, herbal cosmetic dan herbal candy. Adapun pengembangan teknologi proses meliputi penggunaan teknologi terkini dalam proses produksi, sebagai contoh adalah penggunaan teknologi fluid bed drying. Guna meningkatkan daya saing industri, PT Sido Muncul juga mengembangkan produksi produk-produk diluar jamu seperti etanol dan pupuk organik baik pupuk cair mapun pupuk berbentuk granul.

 

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram
Share on linkedin
LinkedIn
Share on print
Print
Kerjasama Kampus Merdeka Fakultas Teknik
its
undip
unnes
ITN
itenas
logo-akprind

Alamat

Kampus 1 (Fakultas Teknik):
JL.Menoreh Tengah X / 22 Sampangan Gajahmungkur Kota Semarang Jawa Tengah 50232.

Kampus 2:
Jl. Raya Manyaran-Gunungpati, Nongkosawit, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50224

Langganan berita

Ikuti berita terbaru dari website ini dengan memasukan email dibawah ini